Standard televisi (TV) Jepang, ISDBT (Integrated Service Digital Broadcasting System), memang merupakan satu-satunya standard di dunia yang cukup unik. Agak berbeda dengan standard Eropa, DVB-T, apalagi standard Amerika dengan single carriernya [1], ISDBT memiliki satu segmen (yang kemudian dikenal dengan one-seg) untuk penyiaran (broadcast) TV digital yang akan diterima secara bergerak (mobile).
Ketika penerimaan mobile (mobile reception) yang ada pada standard lainnya masih diragukan, ternyata one seg milik Jepang ini cukup mumpuni. One-seg telah terbukti "bisa diterima dengan baik" dan sekarang penerimanya (receiver), misalnya seperti pada mobile phone (HP), kamus saku elektronik dan alat navigasi, sudah diproduksi secara massal. Bagi yang bermukim di Jepang sudah bisa menikmatinya dalam HP keluaran 2006 akhir atau awal-awal 2007 ini.
Bagi Indonesia yang sedang dalam persiapan menuju era TV Digital, mungkin perlu menengok bagaimana Jepang mengkampanyekan TV digitalnya ke masyarakat dan bagaimana pula TV analognya akan diakhiri pada 2011 nanti. Setidaknya 5 tahun sebelum berakhir, minimal pemerintah sudah harus menyosialisasikan hal tersebut ke masyarakat.
TV Analog Jepang yang kira-kira sejak 50 tahun lalu disiarkan, kini secara resmi akan diakhiri pada 2011, tepatnya adalah pada 24 Juli 2011 nanti [2]. Kemudian diperkenalkanlah penyiaran TV Digital secara terestrial atau Chijou Dejitaru Terebi Housou. Karena orang Jepang suka menyingkat kata yang panjang, akhirnya TV Digital ini pun disingkat dan cukup menjadi "Chi-Deji" saja. Pada 2011 ini diperkirakan siaran TV digital sudah bisa diterima di seluruh bagian wilayah Jepang (tidak hanya terbatas pada kota-kota besar misalnya Tokyo, Osaka, Nagoya saja).
Gambar 1. Pada 24 Juli 2011 nanti penyiaran TV analog berakhir diganti dengan penyiaran TV Digital di seluruh wilayah Jepang (tidak hanya terbatas kota besar) (sumber: dpa.or.jp)
Jenis Penyiaran TV di Jepang
TV analog Jepang (terestrial) dimulai pada tahun 1953-an dengan TV hitam putih. Untuk Indonesia, pertelevisian baru dimulai sekitar tahun 1961 [3]. Kemudian mulai pada 1960-an, diperkenalkan TV warna. Bisa kita lihat di sini, 1 tahun setelah TV warna Jepang muncul, Indonesia baru memulai penyiaran TV yang tentunya masih dengan TV hitam putih.
Mulai tahun 2000-an muncul TV dengan kualitas gambar yang baik yaitu high vision digital television (HDTV), tapi masih dengan jenis penyiaran analog. Pada tahun 2000 ini pula muncul 3 jenis penyiaran baru selain penyiaran terestrial (chijou) di atas, yaitu penyiaran dengan menggunakan satelit atau broadcasting via satellite (BS). Ketiga jenis penyiaran via satelit itu adalah (1) BS Analog Broadcasting , (2) BS Analog High Vision Broadcasting dan (3) BS Digital Broadcasting.
Kemudian baru pada tahun 2003 Jepang mempromosikan penyiaran TV digitalnya secara terestrial, menyusul penyiaran TV digital via satelit yang sudah dilaunching sejak tahun 2000. Munculnya penyiaran secara terestrial ini tentunya mendapat sambutan sangat baik karena kualitas penyiaran digitalnya bisa diperoleh dengan bebas tanpa harus membayar (gratis) tidak seperti halnya jika berlangganan TV satelit.
Untuk siaran via satelit sendiri, BS Analog High Vision akan diakhiri tahun 2007 ini. Sedangkan BS analog biasa akan diakhiri bersamaan dengan diakhirinya penyiaran analog terestrial pada 24 Juli 2011 nanti. Khusus untuk BS digital, siaran ini tidak akan dihentikan pada 2011, melainkan akan dipakai terus bersamaan dengan penyiaran TV digital terestrial chi-deji. Gambar 2 menjelaskan secara lengkap sejarah TV Jepang sampai kira-kira tahun 2011.
Gambar 2. Periodisasi Penyiaran TV di Jepang (sumber: dpa.or.jp)
Kampanye Pemerintah tentang TV Digital
Penulis mengamati setidaknya ada langkah-langkah dini pemerintah Jepang dalam memperkenalkan penyiaran barunya sehingga masyarakat tidak kaget. Mengapa kaget? Karena dengan dipakainya penyiaran TV digital, masyarakat paling tidak harus membeli tuner TV digital agar TV lamanya masih bisa digunakan.
Di antara langkah-langkah dini itu yang teramati langsung oleh penulis adalah:
1. Pemberian seal (stiker) bahwa siaran TV analog akan berakhir 2011
Seal ini ditempelkan pada seluruh TV analog yang masih dijual. Masyarakat ketika akan membelinya diharapkan sudah mengerti bahwa TV analog yang akan dibeli tersebut hanya bisa dipakai sampai tahun 2011. Bentuk sealnya ditunjukkan oleh Gambar 3(a) dan juga pada Gambar 1 (lihat pada bagian kanan bawah TV). Seal ini ditempelkan pada salah satu pojok dari 4 pojok TV analog.
Gambar 3(a). Seal resmi berakhirnya TV analog pada 2011. (sumber: dpa.or.jp)
Sebagai gantinya, seal untuk logo TV digital ditunjukkan oleh Gambar 3(b). Seal ini dipasang pada semua TV digital yang dijual saat ini. Dengan seal tersebut, masyarakat akan bisa mempertimbangkan ketika membeli. Ini juga menjadi semacam perhatian "warning" agar masyarakat tidak tertipu dan kecewa.
Gambar 3(b). Seal resmi (bertuliskan kanji "chijou=terestrial" dan digital) pada peralatan yang bisa menerima penyiaran TV digital. (sumber: dpa.or.jp)
2. Pengumuman lewat TV
Beberapa kali televisi seperti NHK menyiarkan bahwa penyiaran analog terestrial akan diakhiri pada 2011. Diperkenalkan kualitas penyiaran TV digital dan perbedaanya dengan penyiaran TV analog.
3. Pengumuman lewat selebaran/pamflet
Selebaran yang menjelaskan kenapa dipakai penyiaran TV Digital mudah kita dapatkan di tempat pelayanan masyarakat misalnya Shiyakusho (city hall), Stasiun kereta, rumah sakit, klinik, supermarket dan lain-lain.
4. Pengumuman lewat Internet
Untuk pengumuman lewat internet, jumlahnya sangat banyak. Salah satunya Anda bisa mengecek di [2] atau [4].
5. Demonstrasi di stasiun kereta
Stasiun kereta adalah tempat yang cukup bagus untuk kampanye, mengingat kereta menjadi alat transportasi utama di Jepang. Volume penumpang yang sangat tinggi, menjadikan stasiun adalah tempat terbaik untuk kampanye. Hampir semua kampanye termasuk kampanye politik. Pada semua stasiun kereta, terutama stasiun besar yang menjadi pertemuan beberapa jalur kereta listrik, terdapat dapat kita temukan TV digital. Biasanya TV digital tersebut diposisikan bersamaan dengan "iklan" program TV kabel lainnya.
Keunggulan TV Digital yang Diperkenalkan ke Masyarakat
Selain keunggulan TV Digital yang bisa menghasilkan gambar yang bersih dan menghilangkan gambar yang kabur (ghost image) [1], beberapa keunggulan yang diperkenalkan pemerintah ke masyarakatnya adalah (misalnya) :
1. Satu channel dapat displit untuk 2-3 program sekaligus.
Dengan TV digital, 2-3 program sekaligus (dengan kualitas sama dengan TV analog) bisa dinikmati dalam waktu bersamaan. Misalnya ketika sedang menikmati sepak bola, kita juga bisa menonton drama.
Gambar 4. Multiple Program pada penyiaran TV Digital (sumber: soumu.go.jp)
2. Layanan untuk orang lanjut usia dan cacat
Selain bisa melihat subtitle, TV digital bisa membantu orang yang buta untuk memahami adegan drama misalnya. Dengan TV digital, suara juga bisa diperlambat ataupun dipercepat.
Gambar 5. Subtitle terutama bagi yang memiliki gangguan pendengaran (sumber: dpa.or.jp)
3. Pengecekan Cuaca bisa dilakukan setiap saat
Ramalam cuaca menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat Jepang. Dengan ramalan inilah orang Jepang memutuskan untuk membawa payung atau tidak ketika pergi ke kantor atau tempat lainnya. Dengan TV digital, pengecekan cuaca bisa dilakukan setiap saat hanya dengan menekan tombol ramalan cuaca pada remote controlnya.
Gambar 6. Ramalan cuaca bisa dicek setiap saat (sumber: dpa.or.jp)
4. dan masih banyak keuntungan lainnya
Indonesia yang saat ini sedang memikirkan TV Digital semoga bisa belajar dari negara manapun termasuk Jepang. Semua aspek harus dipikirkan secara matang terutama aspek yang berpotensi merugikan rakyat terutama masyarakat yang kurang mampu secara finansial. Plan harus dibuat sebaik mungkin dan jauh-jauh hari, sehingga masyarakat tidak shock.
Reformasi Program Televisi
Bagi yang bermukim di Jepang, bisa melihat bahwa lumayan banyak program-program bagus yang bisa dinikmati, terutama program untuk anak-anak dari 0 tahun sampai dengan anak SMA. Dari program bermain sampai dengan program sains dan teknologi sederhana untuk anak. Acara artis pun biasanya diisi dengan kuis-kuis mendidik seperti kuis binatang, laut, gunung, survive ataupun tips-tips penting dalam menghemat listrik, air sampai menghemat biaya hidup. Tentunya masih ingat progam terkenal "hidup sebulan hanya dengan 10.000 yen (sekitar Rp. 750.000)".
Dengan perubahan ke TV digital ini pula, diharapkan program-program pertelevisian Nasional Indonesia bisa "diubah", direformasi, dari dari program-program yang tidak mendidik, syirik, ghibah (gosip), merusak moral dll, menuju program-program yang jauh bermanfaat dan lebih baik. Sehingga tidak perlu ada lagi, orang tua yang harus "membuang" TV-nya karena program-programnya merusak moral anak-anak.
Karena bagaimanapun juga, TV adalah media yang efisien dan cepat untuk menerima informasi. Kita dengan mudah/sederhana bisa menyerap informasi dari TV atau radio sambil mengerjakan pekerjaan lainnya atau sambil istirahat. Tapi tidak bisa dengan (misalnya) surat kabar, majalah atau internet yang mau tidak mau harus dengan membacanya.
Dengan TV masyarakat bisa menjadi sholeh dan dengan TV pula masyarakat bisa menjadi jahat. Wallahu 'alam.
Referensi
[1]. Khoirul Anwar, "Menyongsong Era TV Digital", www.beritaiptek.com
[2]. Guide DPA, www.dpa.or.jp
[3]. TVRI, www.tvri.co.id
[4]. Kementrian Pos dan telekomunikasi, www.soumu.go.jp
Khoirul Anwar, kandidat doktor bidang wireless and mobile communications pada Nara Institute of Science and Technology, Jepang. Pernah terlibat dalam penelitian untuk Mobile Reception Digital Television ISDBT Jepang. Penulis adalah peneliti ISTECS-Jepang. E-mail: anwar-k at is.naist.jp
--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
www.tribun-timur.com
No comments:
Post a Comment